twitter
rss

KUTUBUS SITTAH (ENAM KITAB HADITS) 




OLEH


Muhammad Sahla         :   0701428371

                          

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
F A K U L T A S   U S H U L U D D I N
JURUSAN TAFSIR HADITS
BANJARMASIN
2009




KATA PENGANTAR


الحمد لله رب العالمين الصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم وعلى آله واصحابه اجمعين ومن تبعهم الى يوم الدين. اما بعد.

           Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan petunjuk kepada kita sekalian untuk mengenal kebenaran dan mengikutinya agar terhindar dari cela dan siksa didunia dan di akhirat.
           Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman.
           Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Ulumul Hadis B yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis terutama tentang mata kuliah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan wataknya.
           Penulis menyadari dalam tugas ini masih ada kekurangan, dan perlu penyempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, guna penyempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



                                                                      Banjarmasin, 06 Mei 2009                   

Penulis                                

Muhammad Sahla                      

                             
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................................
KATAPENGANTAR .........................................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................
BAB   I    PENDAHULUAN ..............................................................................................................

BAB   II   PEMBAHASAN ...............................................................................................................
A.    Imam Bukhari (194-256 H/810-870 M) .............................................................................
B.     Imam Muslim (206 H-261 H) .............................................................................................
C.     Imam Abu Dawud (202-275 H/817-889 M) .......................................................................
D.    Imam Tirmizi (209-279 H/824-892 M) ..............................................................................
E.     Imam Nasa’I (215-303 H / 839-915 M) .............................................................................
F.      Imam Ibnu Majah (209-273 H/824-887 M) ......................................................................
BAB    III  PENUTUP
KESIMPULAN ..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................



 


BAB I
PENDAHULUAN


Hidup ini adalah perjalanan yang melelahkan, tanjakan maupun turunan kerap kali dirasakan oleh setiap pejalan, kita semua adalah pejalan yang dituntut untuk sampai ke tujuan kita, walaupun banyak rintangan maupun ujian yang kita hadapi ditengah jalan kehidupan. Oleh sebab itu seorang pejalan hendaklah memiliki panduan dan pedoman dalam menapaki lika-liku fenomena hidup. Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah pedoman dan panduan yang telah lulus uji coba. Dan ini terbukti dengan eksistensi keduanya yang bersifat universal dalam segala lini kehidupan.
Sebelum kita menilik lebih lanjut seputar Al-Qur’an dan Al-Hadits, ada baiknya kalau kita mengetahui lebih dahulu biografi dan isi-isi kitab-kitab para muhadditsin, karena berkat kegigihan merekalah kita sekarang dapat mengetahui hukum dan mempelajari As-Sunnah dengan metodologi yang baik. Dunia Islam tersenyum kembali pada beberapa abad yang lalu, pasalnya pada dekade ini telah lahir enam para muhaddits besar yang telah memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi peradaban Islam.
Di bawah ini kami mencoba sedikit memaparkan lika-liku kehidupan (biografi) keenam ulama muhadditsin dan isi kitab-kitabnya. Kitab-kitab para muhadditsin tersebut dikenal sebagai KUTUBUS SITTAH (enam kitab hadits).

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    IMAM BUKHARI (194-256 H/810-870 M)
a.       Silsilahnya
Beliau adalah Amirul Mukminin dalam hadits, beliau bernama Abu Abdullah Muhammad ibnu Isma’il ibnu Ibrahim ibnu al-Mugirah ibnu Bardizbah. Kakeknya yang bernama Bardizbah ini beragama Majusi, agama kaumnya. Putranya yang bernama Mugirah memeluk Islam di bawah bimbingan Yaman al-Ju’fi Gubernur Bukhara. Sehingga dia dipanggil Mugirah al-Ju’fi.
Sedangkan riwayat kakeknya, Ibrahim, tidak jelas. Namun ayahnya yang bernama Isma’il adalah ulama besar dibidang hadis. Beliau belajar hadis dari Hammad ibnu Zayd dan Imam Malik. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh orang Irak. Riwayat hidup beliau ditulis oleh Ibnu Hibban dalam kitab as-Siqah. Begitu juga putra beliau, Imam Bukhari, menulis riwayat dalam at-Tarik al-Kabir.
Ayah Imam Bukhari adalah seorang yang alim, wara’ dan taqwa. Menjelang wafat beliau berkata: “Di dalam hartaku tidak terdapat uang yang haram atau yang subhat sedikitpun.” Dengan demikian, jelaslah bahwa Imam Bukhari hidup dalam lingkungan keluarga yang berilmu, taat beragama dan wara’. Tidak heran bila Beliau mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya.
b.      Kecerdasan dan Keunggulannya
Kecerdasan Imam Bukhari sudah tampak sejak kecil. Allah menganugerahinya daya hafalan yang sangat kuat, jiwa yang cemerlang. Ketika berusia sepuluh tahun, beliau sudah banyak menghafal hadits. Kemudian beliau menemui para ulama dan imam di negerinya untuk belajar hadits, bertukar pikiran dan berdiskusi dengan mereka. Sebelum berusia 16 tahun, beliau sudah hafal kitab Ibnu Mubarak dan Waki’, serta memahami pendapat ahlu ra’yi (rasionalis), usul dan mazhab mereka.
c.       Bukhari dikaruniai kekuatan hafalan dan kecerdasan luar biasa
Kekuatan hafalan, kecerdasan, pengetahuan tentang perawi hadits dan ilatnya yang terdapat pada Bukhari, merupakan salah satu tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Allah telah memeliharanya dan para penghimpun hadits yang lainnya, untuk menghafal dan menjaga sunnah Nabi Muhammad Saw. Imam Bukhari berkata: “Saya hafal hadits di luar kepala sebanyak 100.000 hadits sahih dan 200.000 hadits yang tidak sahih.”
Kekuatan hafalan Imam Bukhari, Keluasan pengetauannya dan kecerdasannya sangat mengagumkan. Ketika beliau tiba di Bagdad, ulama hadits berkumpul untuk menguji kemampuannya. Mereka mencampur aduk dan memutar balik sanad dan matan 100 hadis. Matan hadis satu diberi sanad hadits lainnya, dan sanad hadits yang satu diberi matan hadits lainnya. Sepuluh ulama tampil dengan masing-masing membawa sepuluh hadits yang sudah tak karuan itu. Orang pertama mengajukan sepuluh hadits, setelah selesai membacanya, Imam Bukhari mengatakan: “Saya tidak mengetahui hadits yang and abaca tadi. ”Sampai kepada penanya yang kesepuluh, Imam Bukhari tetap mengatakan seperti itu. Hadirin yang tidak tahu, memastikan Bukhari tidak akan mampu menjawabnya. Sedangkan para ulama saling berkata: “Hebat benar orang ini.”
Setelah para penguji telah selesai membaca hadits-hadits itu, Imam Bukhari melihat penanya pertama dan berkata: “Hadits petama tadi, yang benar sanadnya adalah begini.” Demikian Imam Bukhari menjawab satu persatu dari sepuluh hadits itu. Lalu dia menoleh kepada penanya kedua sampai kesepuluh. Dia menyebutkan hadits yang sudah diputarbalikkan itu, lalu membaca sanad dan matan hadits yang sebenarnya tanpa ada kesalahan sedikitpun. Maka para ulama Bagdad menyatakan kekagumannya atas kecerdasan dan hafalan Imam Bukhari, serta memberi gelar kepadanya “Imam Hadits.”
Sebagian hadirin mengatakan, “Yang mengagumkan, bukanlah ia mampu menjawab secara benar, melainkan, bagaimana dia mampu menyebutkan hadits yang sanad dan matannya tidak karuan seperti yang telah dibacakan sang penanya, padahal dia hanya mendengar sekali saja.”
Imam Bukhari pernah berkata: “Saya tidak akan meriwayatkan hadits yang kuterima dari sahabat dan tabiin, sebelum aku mengetahui tanggal kelahiran, hari wafatnya dan tempat tinggalnya. Aku juga tidak akan meriwayatkan hadits mauquf dari sahabat dan tabiin, kecuali ada dasarnya yang kuketahui dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw.
d.      Pujian Para Ulama
Karena keluasan ilmu dan kekuatan hafalannya, maka para guru, kawan dan generasi sesudahnya memujinya. Seseorang pernah bertanya kepada Qutaibah bin Sa’id tentang Imam Bukhari. Beliau menjawab: “Saya telah berjumpa dengan ahli hadits, ahli ra’yi ahli fiqih, ahli ibadah dan orang zuhud, namun saya belum pernah bertemu dengan orang orabg seperti Muhammad bin Ismail al-Bukhari.”
Abu Bakar ibnu Khuzaimah mengatakan: “Di kolong langit ini tidak ada ahli hadits yang melebihi Muhammad bin Ismail.” Abu Hatim ar-Razi berkata: “Khurasan belum pernah melahirkan seorang yang melebihi Bukhari. Di Irak pun tidak ada yang melebihi darinya.”
Al-Hakim menceritakan dengan sanad lengkap, bahwa Muslim yang menulis kitab :Sahih Muslim” datang dan mencium antara kedua mata Bukhari dan berkata: “Guru, biarkan aku mencium kedua kakimu. Engkaulah Imam ahli hadits dan dokter penyakit hadits.” Sanjungan dari generasi sesudahnya, cukup diwakili oleh Ibnu Hajar al-Asqalani yang berkata: “Seandainya pintu pujian dan sanjung masih terbuka bagi generasi sesudahnya, niscaya kertas dan nafas akan habis. Karena ia bagaikan laut yang tak berpantai.[1]
e.       Metode Bukhari dalam menyusun Jami’us Sahih
Untuk menyusun hadits Sahih, Bukhari telah menempuh cara tertentu sehingga kesahihan haditsnya dapat dipertanggung jawabkan. Beliau telah berusaha keras untuk meneliti keadaan para perawi, untuk memastikan kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkan. Beliau selalu membanding-bandingkan hadits yang satu dengan yang lainnya, meneliti dan memilih hadits yang menurutnya paling shahih. Sebagaimana penegasan Imam Bukhari: “Aku menyusun kitab Jami’us Shahih ini (adalah hasil saringan) dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”   
f.       Syarat-syarat Hadits Shahih Menurut Imam al-Bukhari
Syarat hadis sahih yang telah disepakati oleh para ulama adalah sebagai berikut:
a)      Perawi hadits harus muslim . berakal, jujur, tidak mudallis dan tidak mukhtalit, adil, kuat ingatan, dan selalu memelihara apa yang diriwayatkan, sehat pikirannya, panca inderanya dipakai untuk mendengar dan menhhafal, sedikit salahnya, dan baik aqidahnya.
b)      Sanadnya bersambung, tidak mursal, tidak muqati, tidak mu’dal.
c)      Matan hadits tidak janggal dan tidak cacat.
Bila syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka haditsnya dianggap shahih, dan bisa dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw. Dan ulama hadits pun akan menyakini kebenarannya.
Jelaslah bagi kita, bahwa syarat-syarat yang dipakai para ulama dalam menetapkan kesahihan hadits, dapat memberikan rasa percaya pada kebenaran hadits itu.  
g.      Imam Bukhari Wafat
Penduduk Samarkand memohon kepada Imam Bukhari agar menetap di negeri mereka. Beliau pergi untuk memenuhi permintaan itu. Ketika sampai di Khartand­­­­­­­­­­­­ - desa kecil yang terletak enam mil dari kota Samarkand beliau singgah di kota itu untuk mengunjungi keluarganya yang hidup didaerah itu. Di desa itu, Imam Bukhari jatuh sakit dan menemui ajalnya.

ISI KITAB SHAHIH AL-BUKHARI
 



[1] Muqaddimah Fathul-Bari, Jilid 2 hal. 196-202.